Wakil dari sembilan pemerintah kota di Swedia datang ke
Surakarta, Jawa Tengah untuk belajar dan bertukar pikiran soal
kehidupan berdemokrasi di Indonesia. Dalam program yang digagas
International Center for Local Democracy tersebut, pola perdagangan di
pasar tradisional jadi satu pokok pembahasan.
Di Swedia
tidak ada pasar tradisional seperti di Indonesia. Misalkan ada, hanya di
saat-saat tertentu dan di kota-kota tertentu,” kata Kepala Dinas
Pengelolaan Pasar Surakarta Subagiyo yang menemani delegasi Swedia
berkunjung ke Pasar Gede, Kamis, 31 Mei 2012.
Delegasi
Swedia akan berada di Surakarta sampai 1 Juni 2012. Selain menggelar
diskusi, mereka juga berkunjung ke beberapa lokasi seperti Pasar Gede,
perumahan yang menjadi tempat tinggal warga pasca-relokasi, dan kampung
batik Kauman. »Mereka ingin menjajaki kerjasama di bidang pariwisata,
kesehatan, pengelolaan lingkungan kumuh, dan perdagangan, khususnya
manajemen pasar tradisional,” ucapnya.
Salah seorang
anggota rombongan, Gunnel Anna Birgitta Simu, mengatakan pengelolaan
pasar tradisional di Indonesia, khususnya Surakarta terlihat bagus.
Penataan barang dagangan cukup menarik dan kebersihan terjaga. »Di
Swedia sendiri pasar tradisional hanya ada saat musim panas. Itupun
hanya di Stockholm,” kata Wali Kota Haparanda ini.
Sembilan
kota yang utusannya datang ke Surakarta adalah Kota Timra, Kota
Nynashamn, Kota Haparanda, Kota Vaxholm, Kota Norrtalje, Kota Forshaga,
Kota Vanersborg, Kota Alvdalen, dan Kota Vasterbottens. Perwakilan dari
Vanersborg, Anders Friden, mengatakan pasar tradisional di Indonesia
cukup bersih dan sudah memisahkan jenis barang yang dijual dalam bentuk
blok. »Sudah seperti di supermarket yang memisahkan barang berdasarkan
jenisnya,” ujarnya.
Hanya saja, dia ragu dengan kesegaran
barang yang dijual, terutama daging dan ikan, karena tidak dilengkapi
dengan lemari pendingin. Di Swedia, katanya, setiap pedagang daging dan
ikan memiliki lemari pendingin agar barang yang dijual tetap segar.
Subagiyo
mengatakan pasar tradisional di Surakarta memang masih sederhana. Yang
menjadi keunggulan di sisi pelayanan, penataan tata ruang, dan model
transaksi yang bisa tawar-menawar harga. »Mereka sendiri tertarik dengan
cara pelayanan kita, yang bisa tawar-menawar. Selain itu, mereka kagum
dengan keragaman dagangan di pasar tradisional,” ucapnya.
Dia
menyatakan Swedia punya rencana untuk mengundang pemerintah Surakarta
untuk datang ke Swedia dan melihat cara pengelolaan pasar secara modern.
»Nantinya kedua pihak bisa saling melengkapi,” katanya.
0 komentar:
Posting Komentar